Keraton Kasepuhan

Cirebon merupakan salah satu wilayah di nusantara yang memiliki sejarah panjang kebudayaan Islam. Hal tersebut dapat dilihat dari bangunan Keraton Kasepuhan Cirebon. Berlokasi di Jalan Keraton Kasepuhan No 43, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Keraton ini sudah berdiri sejak tahun 1529.

Pada awal pembangunannya, Keraton cirebon ini dibangun oleh Pangeran Emas Zainul Arifin dengan maksud untuk memperluas bangunan pesanggerahan Keraton Pangkuwati, yaitu keraton pertama yang berdiri pada tahun 1430 di Kota Cirebon.

keraton kasepuhan

Keraton Kasepuhan merupakan tempat wisata di Cirebon pertama yang wajib dikunjungi. Terutama jika Anda tertarik dengan sejarah Cirebon. Keraton di Cirebon ini dibangun pada tahun 1529 oleh Pangeran Mas Mohammad Arifin yang notabene merupakan cicit Sunan Gunung Jati.

Keraton yang semula dinamakan Keraton Pakungwati ini dibangun sebagai pusat pemerintahan Cirebon pada masa lalu. Nama tempat wisata di Cirebon ini kemudian diubah menjadi Keraton Kasepuhan. Itu setelah adanya pembagian wilayah keraton pada masa pemerintahan Pangeran Mertawijaya. Pangeran Mertawijaya dikenal sebagai Sultan Sepuh Mohammad Syamsudin Mertawijaya.

Anda dapat berkunjung ke museum keraton untuk melihat berbagai peninggalan bersejarah seperti kereta kencana, gamelan dari tahun 1426. Lukisan antik Prabu Siliwangi, rebana peninggalan Sunan Kalijaga, hingga meriam mini. Anda pun dapat menjelajahi area Keraton untuk mengamati arsitekturnya yang memiliki nilai filosofi tinggi. Keraton Cirebon berada di Jalan Kasepuhan Nomor 43, Lemahwungkuk, Kota Cirebon.

Sejarah Keraton Kasepuhan

Keraton Kasepuhan menempati lahan seluas 25 hektar yang terdiri dari berbagai macam bangunan. Bangunan Siti Hinggil merupakan bangunan pertama atau bangunan paling terdepan saat pengunjung memasuki kawasan keraton. Siti Hinggil yang berarti tanah yang tinggi disebut juga lemah duwur dalam bahasa Cirebon. Siti Hinggil terbuat dari susunan bata merah dan memiliki gaya arsitektur Majapahit yang mengikuti perkembangan zaman pada saat itu.

Di dalam kompleks Siti Hinggil terdapat lima bangunan tanpa dinding, dengan bangunan utama bernama Malang Semirang. Bangunan ini memiliki enam tiang yang melambangkan rukun iman. Namun secara keseluruhan, bangunan ini memiliki tiang berjumlah dua puluh yang melambangkan sifat-sifat Allah.

Masuk lebih ke dalam kompleks keraton, pengunjung akan disambut gapura bergaya Majapahit. Kata Gapura diambil dari bahasa arab, yaitu Al Ghafur yang memiliki makna maha pengampun.

Selain itu, pengunjung juga bisa menyaksikan kereta keraton dan benda-benda pusaka di gedung museum yang terdapat di dalam kompleks.

Sementara pada bagian paling belakang Keraton Kasepuhan terdapat Keraton Pangkuwati. Keraton ini merupakan bangunan pertama yang dibangun Pangeran Cakrabuana selaku Kuwu. Kuwu merupakan sebutan bagi pemerintah yang turut menyebarkan Islam di Cirebon.

Di dalam kompleks Keraton Pangkuwati, pengunjung juga bisa melihat dan merasakan petilasan peninggalan Pangeran Cakrabuana dan Sunan Gunung Jati. Semua bangunan dan berbagai koleksi tersebut masih terjaga dengan apik.

Selain menjadi tempat pelestarian budaya, Keraton di cirebon ini juga masih mengadakan berbagai acara tradisi yang diselenggarakan setiap tahun. Acara Panjang jimat salah satunya. Panjang jimat adalah acara yang diselenggarakan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *